Di tengah gempuran merek otomotif global yang terus berlomba di pasar kendaraan listrik, merek mobil listrik Neta dilaporkan telah di ambang kebangkrutan. Padahal, Neta sempat digadang-gadang menjadi pesaing serius bagi pemain mapan seperti Tesla, BYD, dan Xpeng. Namun sayangnya, realita saat ini justru memperlihatkan sisi suram dari ambisi besar tersebut.
Pasang Surut Perjalanan Neta di Dunia EV
Lahir dari Ambisi Besar Industri Tiongkok
Neta merupakan bagian dari perusahaan Hozon Auto, yang berbasis di Tiongkok dan masuk ke industri kendaraan listrik dengan membawa visi besar: menyediakan mobil listrik pintar, terjangkau, dan ramah lingkungan untuk semua kalangan. Produk mereka seperti Neta V dan Neta U bahkan sempat mencuri perhatian pasar Asia Tenggara.
Pertumbuhan Cepat yang Terlalu Agresif
Banyak analis menilai bahwa ekspansi Neta yang terlalu cepat justru menjadi bumerang. Dalam kurun waktu singkat, mereka membuka pasar di beberapa negara, meningkatkan kapasitas produksi, dan memperluas jaringan dealer. Namun, strategi ini tak diimbangi dengan kontrol keuangan yang ketat dan manajemen risiko yang matang.
Gejolak Finansial yang Tak Terhindarkan
Laporan Keuangan yang Mengkhawatirkan
Data internal yang bocor menunjukkan bahwa arus kas Neta semakin menipis. Mereka mengalami kerugian operasional yang besar, dengan beban produksi dan promosi yang terus meningkat. Bahkan dikabarkan bahwa gaji beberapa karyawan mengalami penundaan pembayaran.
Pendanaan yang Macet
Neta memang sempat mendapatkan suntikan dana besar dari beberapa investor lokal. Namun setelah pasar saham Tiongkok melemah dan minat investor terhadap sektor EV melambat, pendanaan menjadi sangat terbatas. Beberapa calon investor juga menarik diri karena melihat tingkat burn rate Neta yang tidak sehat.
Masalah Internal yang Mengguncang Stabilitas
Kepemimpinan yang Dipertanyakan
Sumber internal menyebutkan bahwa terjadi konflik strategi di antara jajaran direksi. Ada yang mendorong Neta fokus pada teknologi otonom, sementara yang lain lebih memilih pendekatan pasar massal dengan harga murah. Ketidaksepakatan ini menciptakan kekacauan arah bisnis.
Kualitas Produk yang Kurang Konsisten
Beberapa pengguna mengeluhkan build quality dari produk Neta yang tidak konsisten. Mulai dari keluhan fitur infotainment yang sering bermasalah, hingga sistem baterai yang cepat panas. Hal ini membuat reputasi merek mereka merosot drastis di mata konsumen.
Pesaing yang Terus Tumbuh Meninggalkan Neta
BYD dan Tesla Semakin Mendominasi
Saat merek mobil listrik Neta dilaporkan telah di ambang kebangkrutan, rival mereka justru melesat. BYD, dengan jaringan pabrik dan dukungan pemerintah yang kuat, memperluas pengaruhnya. Sementara Tesla terus mengukuhkan posisinya sebagai pemimpin global kendaraan listrik berkat efisiensi produksi dan inovasi berkelanjutan.
Masuknya Pemain Baru yang Lebih Siap
Tak hanya pemain lama, muncul juga startup EV baru yang lebih efisien, adaptif, dan terstruktur dalam menjalankan bisnisnya. Mereka belajar dari kegagalan para pendahulu seperti Neta dan hadir dengan pendekatan yang lebih realistis.
Nasib Pasar Internasional Neta: Tak Sesuai Harapan
Ekspansi ke Asia Tenggara yang Tertatih
Indonesia, Thailand, dan Malaysia sempat menjadi target utama ekspansi Neta. Tapi hasilnya tak memuaskan. Penjualan lambat, kurangnya jaringan purna jual, serta minimnya edukasi konsumen terhadap merek baru, membuat penetrasi pasar jadi macet di tengah jalan.
Ketergantungan Terhadap Insentif Pemerintah
Banyak analis menyebut bahwa keberhasilan awal Neta sangat bergantung pada insentif pajak dan subsidi dari pemerintah Tiongkok. Begitu insentif itu mulai dikurangi, dampaknya langsung terasa: harga produk melonjak dan permintaan menurun.
Apa Kata Konsumen dan Pengamat Otomotif?
Konsumen Kehilangan Kepercayaan
Di berbagai forum otomotif, banyak konsumen yang mengeluh soal layanan purna jual dan spare part yang sulit ditemukan. Beberapa bahkan merasa ditinggalkan karena update software kendaraan yang dihentikan tanpa penjelasan jelas.
Pengamat: Kasus Neta Jadi Pelajaran Penting
Beberapa pengamat menyebut bahwa kasus Neta adalah contoh klasik dari over promise but under deliver. Ambisi besar tanpa kesiapan struktur dan keuangan yang matang hanya akan membawa merek menuju jurang kebangkrutan.
Arah Masa Depan: Bangkit atau Gugur?
Restrukturisasi Atau Diakuisisi?
Rumor mulai beredar bahwa Neta sedang mencari mitra strategis atau investor baru untuk menyelamatkan perusahaan. Opsi akuisisi oleh perusahaan teknologi besar pun mulai mencuat sebagai alternatif.
Menyusun Ulang Strategi
Jika ingin bertahan, Neta harus segera merampingkan operasional, memperbaiki lini produksi, dan fokus pada produk unggulan. Kembali ke pasar dalam negeri dan membangun kembali reputasi bisa menjadi langkah awal yang masuk akal.
Kesimpulan: Merek Mobil Listrik Neta Dilaporkan Telah di Ambang Kebangkrutan
Fenomena merek mobil listrik Neta dilaporkan telah di ambang kebangkrutan menjadi pengingat keras bahwa pertumbuhan cepat tanpa pondasi kuat hanya akan berakhir tragis. Meski pernah menjanjikan masa depan yang cerah bagi pasar EV, kenyataan hari ini menunjukkan bahwa tanpa manajemen yang solid, inovasi saja tidak cukup. Bagi konsumen dan pelaku industri otomotif, kisah Neta adalah pelajaran penting untuk lebih kritis dan selektif dalam melihat ambisi sebuah merek.